7 Kriteria Memilih Pasangan Hidup dalam Iman
Kristiani
http://www.kompasiana.com/www.marsella/7-kriteria-memilih-pasangan-hidup-dalam-iman-kristiani_550021dfa33311187050fc51
Apa saja yang dapat membuat suatu hubungan berjalan baik? Apa
yang
harus kita perhatikan dalam memilih pasangan hidup? Bagaimana
kita
mengetahui bahwa si dia adalah orang yang tepat untuk
dinikahi ? Anda
mungkin pernah mengalami hubungan yang buruk di
masa lalu; jadi
kriteria apa saja yang perlu Anda temukan dalam
diri si dia agar Anda
tidak terjebak dalam kesalahan yang sama dan
terluka lagi ?
Kriteria yang umumnya dicari adalah
:
”Seseorang yang memiliki rasa humor dan dapat membuat kita
tertawa”.
”Seseorang yang bertubuh atletis dan rajin berolah
raga.”
”Seseorang yang menyukai traveling, shopping dan
menonton pertunjukan musik.”
Itulah sebabnya mengapa kita
terperangkap ke dalam berbagai masalah.
Ketika berbicara mengenai
seseorang yang humoris, tegap, ramah, tenang
dsb kita sedang
mengacu pada kepribadiannya bukan karakternya.
Seorang
pembunuh berantai bisa memiliki kepribadian yang menyenangkan
dengan
rasa humor yang tinggi. Seorang pemerkosa pun bisa memiliki
tubuh
yang atletis dan suka berolah raga. Seorang psikopat bisa
memiliki
kepribadian yang ramah dan sangat tenang. Dan seorang pelacur
bisa
saja menyukai traveling, shopping dan menonton pertunjukan
musik.
Apakah ini berarti Anda menyukai seorang pembunuh,
pemerkosa, psikopat
dan pelacur ? Tentu tidak ! Akan tetapi jika
Anda tidak bersedia
mengubah kriteriamu dalam hal ini, maka pada
akhirnya Anda akan selalu
jatuh ke tangan orang yang salah.
Kunci
untuk memilih pasangan hidup yang tepat adalah carilah seseorang
yang
berkarakter baik, bukan kepribadiannya saja yang baik. Sebab
karakter
akan menentukan cara ia memperlakukan dirinya, Anda dan
anak-anakmu
suatu hari kelak. Karakter adalah dasar dari setiap
hubungan yang
sehat. Hubungan itu seperti kue tart, di mana karakter
adalah
bahan dasarnya dan kepribadian adalah lapisan gulanya.
Ketika
Anda sedang menimbang apakah si dia cocok untuk dijadikan
pasangan
hidup, daripada bertanya ”Apakah dia mencintaiku?” lebih
baik
Anda bertanya ”Seberapa mampukah si dia mencintaiku?”
Jika si dia
adalah seorang pemarah, jelas dia tidak memiliki
kapasitas untuk
mencintai Anda. Jika si dia belum dipulihkan dari
luka batin masa
lalunya, si dia juga sulit mencintai Anda
sepenuhnya. Jika si dia tidak
bertumbuh dalam Kristus, maka si dia
tidak mampu mencintai Anda dengan
benar. Jika si dia tidak mampu
bersikap tegas terhadap campur tangan
orang tuanya, maka si dia
akan mengalami kendala untuk mencintai Anda.
Kita akan belajar
ketujuh kriteria yang harus ada dalam diri si dia.
Kriteria ini
adalah karakter yang baik dalam diri seseorang.
1. Komitmen
Terhadap Pertumbuhan Pribadi
Inilah kriteria utama yang perlu
ada dalam diri calon pasangan hidup
kita. Jika Anda mampu
menemukan seseorang yang memiliki komitmen
terhadap pertumbuhan
pribadinya, berarti Anda telah meraih setengah
dari pernikahan
yang bahagia.
Jenis masalah apakah yang paling sering dihadapi
oleh para pasangan ?
Yang satu mau maju yang satunya tidak mau.
Yang satu coba membahas
persoalan yang dihadapinya, yang satunya
menolak. Yang satu melihat
celah yang memerlukan perbaikan, tetapi
yang satunya menyangkal.
Komitmen terhadap pertumbuhan pribadi
artinya :
a. Si dia bersungguh-sungguh terhadap Firman Allah
dan gaya hidup yang
saleh. Si dia benar-benar yakin bahwa Alkitab
adalah sumber iman
satu-satunya. Dia meyakini mutlak kekuatan
Firman Allah. Dia bersedia
hidup menurut apa yang diajarkan
Alkitab seperti : Kasih, Pengampunan,
Penerimaan, Saling
Menghormati, Kehidupan Berkeluarga dsb (1 Yoh 4
:7,12)
b.
Si dia bersedia dibantu dan menerima bimbingan. Bantuan itu
bisa
berupa buku-buku, kaset kotbah, seminar-seminar, dan bila
perlu
konseling pribadi. Amsal 12:1 berkata ”Untuk belajar, Anda
harus
bersedia diajar.” Tidak ada hubungan yang langgeng apabila
salah satu
pasangan menolak mencari bimbingan jika diperlukan.
Kriteria ini harus
Anda temukan sedini mungkin dalam diri si dia.
Sebab dengan berjalannya
waktu Anda akan menghadapi krisis dalam
pernikahan, dan ketika Anda
sadar bahwa si dia ternyata “tidak
percaya terhadap konseling” atau
malas untuk belajar dari buku
tentang bagaimana agar hubungan kalian
menjadi manis kembali, maka
hal itu sudah terlambat.
c. Si dia harus menyadari kelemahan
dan masalah emosinya. Sungguh
bahaya terlibat dengan seseorang
yang tidak menyadari kelemahannya dan
area yang rawan masalah.
Tidak ada kebohongan yang lebih menyesatkan
daripada “Errrr…
saya baik-baik saja! Saya tidak bermasalah; jangan
kuatir”.
Yakobus 5:16 berkata, agar kita dipulihkan dari segala luka
yang
menyakitkan, kita perlu saling mengakui kesalahan kita dan
saling
mendoakan. Keangkuhan dan keras kepala hádala jalan pintas
menuju
perpecahan.
d. Si dia harus memiliki target pribadi
yang real untuk berubah. Dengan
kata lain, kita dapat melihat
secara spesifik perubahan positif yang
terjadi pada dirinya dari
waktu ke waktu. Betapa pentingnya menemukan
seseorang yang bukan
hanya rindu untuk bertumbuh, tetapi
sungguh-sungguh melakukannya.
Seorang yang tegas, beriman, berani
menghadapi ketakutannya,
memperbaharui pikirannya dan berdoa untuk
perubahan. Ia tidak
perlu didorong-dorong untuk bertumbuh. Karena ia
sendiri
menginginkannya. (1 Kor 9:26) Banyak sekali orang yang sekedar
basa
basi bilang mau berubah, tetapi ketika diperhadapkan kepada
situasi
yang sesungguhnya, ia menghindar. Bagaimana Anda akan berubah
dalam
5 tahun mendatang ? Bagaimana dengan sifatmu yang harus dibuang
?
Karakter ilahi apa yang Anda rindu untuk dikembangkan ? Setiap
kita
perlu bertumbuh dalam karakter, bukan hanya sebagai orang
Kristen,
tetapi juga sebagai seorang pribadi.
2.
Keterbukaan Emosional
Hubungan yang intim tidak terjalin lewat
berbagi tempat tinggal, tempat
tidur, atau kamar mandi saja;
tetapi dengan berbagi perasaan. Si dia
harus memiliki kepekaan.
Artinya si dia tahu apa yang sedang
dirasakannya dan rindu berbagi
perasaannya denganmu, dan tahu cara
mengungkapkan
perasaannya.
Banyak pria dan wanita yang tidak berbahagia
karena mereka terikat dengan pasangan yang tidak mampu
mengekspresikan perasaannya.
”Ayahnya tidak pernah bilang
bahwa ia mengasihinya, sehingga ia pun
tidak mampu berkata bahwa
ia mengasihiku.” ”Dia sangat terluka oleh
mantan kekasihnya,
akibatnya ia sangat sulit menunjukkan perhatiannya
kepadaku.”
”Tumbuh di tengah keluarga yang melecehkan membuat dia
ngeri
menunjukkan perasaannya.”
Jika semua yang
dikeluhkan di atas itu benar, berarti mereka semua
sedang
kehilangan satu hal penting, yaitu : Jika si dia tidak
mampu
mengenali dan berbagi perasaannya denganmu, berarti si dia
belum siap
naik ke jenjang hubungan yang lebih intim.
Apa
gunanya tinggal bersama seseorang yang perasaannya tumpul ?
Tinggal
bersama seseorang yang tidak mampu berbagi perasaannya
sungguh
tersiksa. Amsal 18:14 berkata ”Orang yang bersemangat
dapat menanggung
penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan
semangat yang patah?”
Cara lain untuk menggambarkan
”keterbukaan emosional” adalah ”kemurahan
emosional” –
seseorang yang bermurah kasih, membagikan kasihnya dengan
tulus
dan melimpah tanpa hambatan. Jika Anda hidup bersama seorang
yang
mudah menyatakan kasihnya dan memperlihatkan betapa ia
menghargaimu,
maksud saya bukan setahun sekali pada saat ulang
tahun pernikahan saja,
atau pada saat Anda mengancam untuk
meninggalkannya. Karena itu Anda
perlu erdoa untuk mendapatkan
seseorang yang mampu menunjukkan kasih
dan pengharapannya secara
konsisten.
Keterbukaan emosional adalah hal yang vital dalam
diri si dia, karena
hal itu memberikan akses kepada jiwanya,
menyediakan jalan menuju
hatinya. Tanpa keterbukaan emosional, si
dia tidak akan menjadi belahan
jiwamu.
3. Integritas
Ini
adalah konsistensi dari karakter. Tindakanmu cocok
dengan
perkataanmu. Pilihanmu cocok dengan visimu. Perilakumu
cocok dengan
keyakinanmu.
Agar suatu hubungan kasih dapat
berjalan baik, kejujuran dan dapat
dipercaya harus menjadi
dasarnya. Mengetahui bahwa si dia selalu dapat
dipercaya memberi
rasa aman tersendiri. Jika tidak ada saling percaya,
maka tidak
ada hubungan. Apabila Anda selalu ketakutan jangan-jangan si
dia
membohongimu, hal itu aka membuatmu selalu was-was. Anda akan
selalu
curiga dan merasa dikhianati. Jika Anda meragukan integritas si
dia,
maka Anda akan kehilangan respek terhadapnya. Anda tidak
dapat
mempercayai perkataan dan tindak tanduknya terhadapmu.
Oleh
karena itu Anda harus menemukan seseorang yang :
- Jujur
terhadap dirinya sendiri
- Jujur terhadap orang lain
-
Jujur terhadap Anda
4. Dewasa dan Bertanggung jawab
Banyak
sekali orang yang belum siap masuk dalam suatu hubungan
berkomitmen.
Sekalipun mereka terlihat sangat menyenangkan, dan bahkan
sangat
mencintaimu, tetapi apabila si dia belum mencapai tingkat
kedewasaan
tertentu, maka Anda akan merasa sedang mengadopsi seorang
anak
daripada seorang kekasih. Pada akhirnya Anda akan merasa ”Saya
sangat
mencintai si dia, dan saya juga berharap si dia akan
bertumbuh.”
Dari mana Anda mengetahui bahwa si dia cukup
dewasa untuk memasuki suatu hubungan yang berkomitmen ?
a. Si
dia mampu mengurus dirinya sendiri. Apabila si dia cukup
dewasa,
seharusnya ia mampu menghasilkan uang untuk membiayai
hidupnya sendiri,
menjaga tempat tidurnya tetap bersih, mengerti
prinsip dasar
kebersihan, dsb. Kebersihan jasmani adalah cerminan
dari apa yang ada
di dalam rohaninya. Apabila si dia penampilannya
acak-acakan,
kemungkinan besar di dalamnya kacau balau. Jika si
dia tidak mampu
mengurus dirinya, apa yang membuatmu berpikir
bahwa dia sanggup
memperhatikan kebutuhan emosimu ? Yang pasti
orang seperti itu belum
siap untuk menikah.
b. Beranggung
jawab. Kedewasaan tidak diukur dari umur, tetapi diukur
dari
seberapa berani ia bertanggungjawab. Penuhi segala
kewajibanmu.
Perkataannya harus dapat dipegang – lunasi semua
tagihanmu, tepati
janjimu, datang tepat waktu, jangan membuat
orang kecewa dsb. Yesus
berkata ”Jika ya, katakan ya! Jika
tidak, tidak ! ”Tanggung jawab
bukanlah konsep yang abstrak
melainkan tindakan nyata. Setiap orang
berhak dicintai, tetapi
tidak setiap orang siap untuk memikul tanggung
jawab yang
dibutuhkan dalam suatu hubungan yang dewasa.
c. Menunjukkan
rasa hormat. Satu-satunya cara kita mengenali seorang
anak telah
tumbuh besar adalah kemampuannya menunjukkan rasa hormat
kepada
orang-orang di sekelilingnya. Kanak-kanak tidak mengenal
batas.
Ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, langsung
ngambek.
Orang dewasa tidak bersikap buruk di tempat umum. Dari
mana Anda tahu
bahwa hubunganmu termasuk cukup dewasa ? Lihat
seberapa peduli ia
terhadap perasaanmu. Apakah si dia
merendahkanmu di muka umum ?
Seberapa besar ia menaruh hormat
terhadap keterbatasanmu, waktu,
kepemilikan dan perasaan orang
lain ?
5. Memiliki Citra Diri Yang Sehat
Yesus berkata
”Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Artinya si
dia
hanya bisa mengasihimu sebesar ia mengasihi dirinya sendiri.
Seorang
yang citra dirinya sehat mengasihi karena ia merasa dirinya
baik.
Semakin sehat citra diri si dia semakin kuat hubunganmu.
Apa
ciri-ciri orang yang citra dirinya sehat ?
- Ia tahu siapa
dirinya di dalam Kristus. Ia memiliki pengertian yang
Alkitabiah
tentang posisi dan otoritasnya sebagai anak Allah
- Ia tidak
melecehkan dirinya, melainkan merawat dirinya dengan baik.
-
Ia tidak membiarkan orang lain melecehkan dirinya.
- Bersikap
proaktif (tidak pasif)
6. Bersikap Positif Dalam Hidup
Ini
Ada 2 jenis manusia di dunia ini Manusia Positif dan
Manusia Negatif.
Jika Anda harus menghabiskan hidupmu bersama satu
di antara dua orang
ini, manakah yang akan Anda pilih ? Tentu yang
positif bukan ? Akan
tetapi mengapa banyak di antara kita yang
akhirnya mendapatkan pasangan
hidup yang negatif – selalu
kuatir, gelisah dan berfokus pada masalah,
selalu
bersungut-sungut, tidak mudah percaya dan pesimis akan
masa
depan.
Orang positif menciptakan hubungan yang
positif. Orang yang negatif
menciptakan hubungan yang negatif. Itu
sebabnya jatuh cinta dengan
orang yang negatif bagaikan mendengar
orang yang sedang mencakar papan
tulis dengan kukunya.
Kasih
adalah positif. Ia tumbuh di dalam atmosfir yang positif.
Ia
tenggelam di dalam atmosfir yang negatif. Hubungan jauh lebih
mudah
dibangun dengan orang yang positif. Konflik akan lebih
cepat
diselesaikan, sedkit saling menyalahkan dan ada kerjasama
yang baik
karena kasih.
7. Ada perasaan tertarik
Sekalipun
ini bukan termasuk dalam kualitas karakter, namun tanpa
perasaan
itu Anda tidak akan pernah mengalami jatuh cinta. Mungkinkah
kita
memiliki pernikahan yang bahagia dengan seseorang yang kita
tidak
tertarik ? Biasanya ada orang-orang yang bertanya demikian
kepada saya
karena mereka telah mengalaminya. Mereka mengasihi
pasangannya tetapi
tidak memiliki perasaan tertarik sama sekali.
Secara jujur saya katakan
”Tidak mungkin” Saya tidak yakin
Anda akan memiliki hubungan jangka
panjang yang sehat dan romantis
tanpa perasaan tertarik dengan si dia.
Jatuh cinta dengan
seorang sahabat akan menjadi pengalaman yang luar
biasa dalam
hidup seseorang. Survey membuktikan bahwa pasangan yang
menjalin
persahabatan terlebih dahulu sebelum mereka meningkat ke
hubungan
yang romantis akan mengalami pernikahan yang lebih sukses
dan
memuaskan.